BUKANMAEN.COM – Seperti yang diketahui Indonesia merupakan negara maritim dengan wilayah laut terluas di dunia. Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau, 7.000 diantaranya pulau berpenghuni, dengan panjang garis pantai kira-kira 108.000 km. Indonesia berpotensi terkena tsunami dikarenakan letaknya yang dikeliling laut. Dampak terjadinya tsunami mengakibatkan banyaknya korban jiwa serta kerugian material.

Banyak pihak yang sudah merancang dan membuat alat pendeteksi tsunami. Alat pendeteksi tsunami terbaru yaitu berupa gelang yang dibuat oleh tim mahasiswa dan dosen Program Studi S1 Teknik telekomunikasi Fakultas Elektro dari Telkom University. Tim yang beranggotakan Yasyfa Rifiani Putri sebagai ketua tim, Muhamad Ridwansyah, Nur Rizki Rahmatulloh, Reyhan Fajar Nasution dan dibimbing oleh dosen Harfan Hian Ryanu. Gelang tersebut diberi nama GELORA. Gelang pendeteksi tsunami dibuat menggunakan teknologi LoRA atau Long Range.

Yasfa Rifani sebagai ketua Tim Telkom mengatakan bahwa konsep gelang pendeteksi tsunami memanfaatkan teknologi Long Range atau LoRa. Teknologi LoRa di Indonesia memanfaatkan gelombang frekuensi di antara 921-923 MHz (regulasi AS923-2)

“Kami membuat gelang pendeteksi tsunami dengan menggunakan sensor ultrasonik dalam mengukur jarak penyurutan permukaan air. Lalu hasil ukur dikirim menuju gateway menggunakan LoRa,” tuturnya, dikutip dari laman Telkom University, Jumat (20/09/2021).

Kemudian gateway akan meneruskan data ke server untuk monitoring. Apabila permukaan air surut (menandakan tsunami), maka server akan mengirimkan data berupa notifikasi yang diteruskan ke gelang menggunakan LoRa. Gelang pendeteksi tsunami akan memberikan notifikasi berupa teks dan suara kepada pengguna saat ada tanda tsunami.

Alasan pembuatan gelang karena Indonesia memiliki destinasi wisata bahari yang sering dikunjungi turis dan masyarakat sekitar, sehingga dengan adanya gelang pendeteksi ini akan bermanfaat untuk menambah nilai keamanan dan keselamatan para pengunjung.

Gelang ini dilengkapi GPS yang dapat melacak posisi korban sehingga dapat memudahkan tim SAR menemukan korban yang hilang.

“Jadi latar belakangnya sendiri karena early warning system untuk tsunami di Indonesia sendiri itu cukup buruk, bahkan Buoy-nya juga sudah tidak berfungsi, hilang atau rusak. Selain itu susah untuk lacak korban yang hilang pasca bencana. Alat ini diharapkan dapat menambah waktu untuk evakuasi ke tempat aman yang semula menurut BMKG hanya 15-20 menit,” jelasnya.

Selain itu, gelang pendeteksi tsunami dilengkapi dengan sensor detak jantung yang berguna bagi korban untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai setelah ditemukan. Dengan adanya gelang ini, diharapkan dapat meminimalisir angka kematian ketika terjadi tsunami. Gelang pendeteksi tsunami dapat berkerja ketika air laut surut. Tsunmeter akan berbunyi dan mengirimkan data ke gateway, kemudian data dari gateway akan masuk ke server thingspeak, dan data yang berada di server thingspeak dikirim ke gateway lagi dan dilanjutkan ke gelang. Setelah data diterima gelang pendeteksi, gelang akan berbunyi dan memberikan notifikasi untuk evakuasi.

“Di waktu yang sama setelah gelang berbunyi, gelang akan mengirim data lokasi untuk pelacakan dan monitoring detak jantung ke gateway yang nantinya data ini bisa diakses oleh lembaga yg bertugas pasca bencana seperti tim SAR dan lainnya.” Ujar Yasyfa.

Gelang pendeteksi ini tidak menggunakan koneksi internet dalam pengiriman dan penerimaan data karena memanfaatkan teknologi LoRa (Long Range) sehingga walaupun tanpa koneksi internet, gelang pendeteksi tetap dapat menjangkau jarak hingga 15 km. Kemudian data yang dikirimkan mampu diterima dalam hitungan detik tanpa koneksi jaringan internet. Hal itu menjadi kelebihan dari gelang pendeteksi tsunami yang diciptakan oleh tim dari Telkom University.

Ketua tim Yasyfa Rifani berharap, melalui gelang pendeteksi tsunami ini timnya dapat mewakili Telkom University untuk mengikuti kompetisi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kemdikbudristek RI.